Jumat, 19 April 2013

Tugas komentar artikel Kompas 1 April 2013 Guru dalam Pembelajaran

 
Guru Kunci Kurikulum
Guru dan kurikulum ialah dua hal yang tak dapat berdiri sendiri. Artinya, kurikulum tak dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai rencana tanpa adanya guru. Guru di sini tentunya ialah guru yang professional. Pasalnya guru merupakan kunci dari pembelajaran di dalam kelas. Sebaliknya, guru tanpa adanya kurikulum pun seperti nahkoda tanpa kapal. Guru sebagai nahkoda yang bertanggungjawab terhadap kapal beserta isinya, yang menentukan mau dibawa kemana arah pendidikan Indonesia.
Sejatinya, kurikulum merupakan suatu pengalaman belajar yang hendak diberikan pada siswa melalui pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Pengalaman belajar itu hendaknya tidak hanya terpaku pada teks dan dalam ruangan kelas. Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dapat menjadikan anak didik berpikir out of the box. Jadi, siswa tidak hanya terpaku ada contoh tapi juga dapat mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Namun, tak mudah untuk mencapai hal itu, maka guru sebagai pembimbing haruslah kreatif dalam mengemas pembelajaran di sekolah.
Dengan adanya pergantian kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 peran guru semakin dipertanyakan. Pelatihan yang diadakan oleh pemerintah guna menyiapkan implementasi kurikulum 2013 terkesan terlalu mendadak. Padahal, segala sesuatu yang mendadak tidak dipersiapkan secara matang-matang tak akan menghasilkan sesuatu sesuai yang diharapkan. Justru yang harus dilakukan oleh pemerintah ialah bukan hanya menyediakan buku panduan untuk kurikulum 2013 tapi mengajak guru untuk melakukan simulasi pembelajaran yang baik di sekolah-sekolah tertentu yang sudah menjadi bahan uji coba kurikulum 2013.
Pergantian kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 seharusnya tak menjadi masalah bagi guru. Masalah siap atau tidak siap itu tergantung pada guru itu sendiri. Ada atau tidaknya pelatihan dan sosialisasi tentang kurikulum guru tak perlu cemas. Guru telah terbiasa berhadapan langsung dengan para peserta didik di sekolah. Apapun tujuan yang hendak disampaikan dari suatu kurikulum medianya hanya guru. Oleh karena itu, guru hendaknya tidak selalu dibiasakan diarahkan tetapi diberikan kesempatan untuk mengembangkan pembelajaran yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Profesionalisme seorang guru telah menjadi topik yang hangat sekaligus menjamur di dunia pendidikan Indonesia. Dana sertifikasi dan tunjangan profesi tak bisa digunakan untuk mengukur keprofesionalan seorang guru. Memang benar, karena tak sedikit guru yang setelah mendapatkan dana tunjangan tersebut hanya sebagian kecil guru yang benar-benar melakukan perbaikan pada kualitas pengajaran di sekolah. Hal itu dikarenakan portofolio yang dimiliki oleh guru hanya dijadikan batu lompatan untuk mencapai sertifikasi.
Tak sedikit masalah yang timbul akibat adanya sertifikasi guru yang menaikkan gaji guru menjadi dua kali lipat. Hal ini yang hendaknya menjadi koreksi bagi pemerintah. Guru yang harusnya menjadi contoh yang baik malah melakukan tindakan-tindakan yang kurang beretika dan tidak menujukkan perilaku berpendidikan. Beberapa waktu lalu banyak kasus yang menyebutkan akibat naikknya gaji, guru-guru yang tidak bertanggung jawab melakukan perselingkuhan. Apakah hal itu menunjukkan keprofessionalan?
Profesionalisme seorang guru sebenarnya dapat dinilai dari empat kompetensi yang harus dikuasai. Empat kompetensi itu ialah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dengan demikian yang harus dilakukan pemerintah ialah melakukan uji keempat kompetensi tersebut. Tak hanya itu, namun yang diperlukan ialah pengawasan dan pendampingan terhadap sejauh mana guru bertindak dalam mendidik dan mengajar di sekolah.
Peran guru dalam pembelajaran di sekolah memang sangat penting seperti yang telah diungkapkan di awal, ibarat kapal ialah kurikulumnya nahkodanya itu guru. Nahkoda yang handal dapat menjalankan kapal dengan berbagai model. Penumpang kapal yang dalam hal ini ialah peserta didik pun berasal dari latar belakang yang beragam. Hal itu berarti sebenarnya yang mengatahui seluk beluk kurikulum ialah guru. Pasalnya, kurikulum hanyalah sebuah media untuk membimbing siswa mencapai tingkat pemahaman sesuai dengan yang diharapkan.
Guru yang baik ialah guru yang mampu mentransfer ilmu kepada siswanya dengan baik. Namun, tak semua guru dapat melakukaknnya dengan baik. Banyak kendala yang ditemukan di dalam kelas. Mulai dari keberagaman pribadi anak, sampai pada materi pelajaran dan sarana dan prasarana yang ada. Solusi dari semua masalah itu ialah kekreatifan seorang guru dalam mengelola kelas. Kreativitas guru di dalam mengelola kelas akan sangat terlihat pada saat proses pembelajaran.
Pembelajaran di kelas hendaknya menyenangkan, bukan membosankan apalagi menegangkan. Ada banyak pilihan metode dalam menyampaikan materi di kelas. Guru juga dapat mengajak siswa untuk keluar kelas guna mengamati lingkungan sekitar dan dapat mengambil pelajaran dari kegiatan masyarakat di kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga harus bisa melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Jadi ada interaksi antara pendidik dan peserta didik di dalam kelas.
Implementasi kurikulum atau pengalaman belajar hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat pemahaman anak. Dengan artian guru harus dapat menakar porsi materi pembelajaran yang akan diberikan di dalam kelas. Selain itu, guru yang professional juga dapat mengetahui berbagai macam cara belajar anak, dan potensi masing-masing anak didik. Hal ini akan memudahkan guru dalam memilih dan menentukan teknik dan metode pembelajaran yang efektif.
Jadi, apapun kebijakan baru pemerintah untuk pendidikan, selama itu bertujuan untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan di Indonesia guru harus siap kapan saja. Guru memang kunci dari pembelajaran akan tetapi pembelajaran tidak selalu berpusat pada guru. Guru hanya perlu memilih senjata yang tepat dalam melaksanakan kurikulum di sekolah. Senjata itu ialah kreativitas dalam menentukan teknik dan metode dalam mendidik dan mengajar siswa di sekolah. Apapun kurikulumnya kuncinya ada di tangan guru.

Nurul Khikmah
11108241122
Mahasiswa PGSD FIP
Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar