Rabu, 28 November 2012


Artikel Koran “ Merapi”
Kolom Ngudarasa
Tanggal muat 5 Mei 2012
Oleh Nurul Khikmah

“CALON MAHASISWA JANGAN ASAL MASUK PGSD”
Di tengah hiruk pikuknya UN SMA yang telah usai beberapa waktu lalu, masih ada permasalahan yang perlu untuk di cermati dalam dunia pendidikan. Saat UN selesai, tak begitu saja melepas beban dari pundak para siswa dan guru SMA. Kecemasan belum berakhir, mungkin bisa dikatakan UN baru awal mula dari sebuah perjuangan. Perjuangan untuk memperoleh perguruan tinggi nantinya. Namun, nilai Ujian Nasional tidak berpengaruh untuk masuk PTN. Masuk PTN pada jurusan yang diminati ialah harapan besar bagi para siswa. Jumlah peserta SNMPTN yang semakin meningkat membuat persaingan semakin ketat.
Persaingan pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri seringkali terjadi karena pemilihan jurusan yang tidak tepat dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Kuota terbatas, akan tetapi peminatnya cukup banyak. Hal inilah yang menyebabkan membengkaknya peserta di suatu jurusan tertentu saja. Perbedaan yang cukup signifikan terjadi pada jurusan yang isitilahnya sedang populer dan dianggap prospeknya bagus dengan jurusan yang biasa saja. Contohnya yaitu jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Animo peserta yang memilih jurusan PGSD 2 tahun belakangan ini meningkat drastis. Tidak heran lagi, pasalnya banyak orang membicarakan bahwa “PGSD itu prospeknya bagus, sudah masuk PGSD saja, besok juga akan ada pensiun masal”. Itulah sebabnya banyak yang ingin masuk PGSD. Entah itu berlatar belakang SMA dari IPA atau IPS, ataupun SMK. Tidak peduli benar-benar ingin jadi guru SD ataupun tidak.
Masalah seperti ini harus disikapi lebih bijak lagi. Walaupun persaingan untuk masuk PGSD semakin ketat, tidak begitu saja menggugurkan semangat peminatnya. Bahkan peminat masuk PGSD saja lebih besar dari jurusan Kedokteran yang sudah populer dan menjadi impian banyak siswa. Kuota yang terbatas, tidak mungkin akan tertampung semua. Dari sini akan muncul suatu permasalahan baru, yaitu peserta yang tidak tertampung akan memilih jurusan lain pada jalur masuk yang kedua. Tidak jarang ditemukan mahasiswa yang mengaku salah jurusan, karena hanya asal memilih jurusan saja yang penting bisa masuk. Kemudian akan berbuntut menjadi masalah baru lagi yaitu merasa tidak kerasan berada dalam jurusan yang tidak diminati membuat mereka yang sudah kuliah baik di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta ingin mengikuti SNMPTN tahun berikutnya. Tentu saja ini menambah jumlah pesaing bagi lulusan baru dalam ujian masuk PTN. Rasanya tidak adil bagi lulusan baru harus bersaing dengan mereka yang sudah kuliah di PTN, namun inilah fenomena yang sudah biasa dan tak bisa dipungkiri, setiap orang punya haknya masing-masing untuk mendapat pendidikan yang layak, serta sesuai minat dan kemampuan.
Kembali pada permasalan, selain tergiur masuk PGSD karena akan ada pensiun masal, juga karena tergiur oleh program sertifikasi guru sehingga gaji guru naik jadi dua kali lipatnya. Tidak mampunya perguruan tinggi negeri menampung peserta yang ingin masuk PGSD, membuat beberapa perguruan tinggi swasta yang tadinya tidak punya jurusan PGSD sekarang tiba-tiba bermunculan jurusan PGSD. Dalam waktu singkat, PGSD menjadi idola. Impian para siswa.
Dulu, incaran profesi guru tak selaris manis sekarang ini, tak hanya karena orangtua basic-nya guru atau pendidik. Namun, banyak dari berbagi kalangan masyarakat mengidam-idamkan pendidikan guru sekolah dasar ini. Jika dipandang dari sisi lain akan berdampak negatif dari pekembangan yang cukup signifikan ini. Akan lain jadinya masuk karena sungguh-sungguh berminat jadi guru SD yang punya tanggung jawab besar terhadap anak bangsa, dengan masuk yang karena tergiur oleh iming-iming atau embel-embel sertifikasi dan berbagai tunjangan profesi.
Menjadi seorang guru SD membutuhkan kemampuan yang lebih. Karena menjadi guru pun tidak semudah yang dibayangkan. Banyak tantangan masa depan yang perlu dihadapi guru dalam menuntun anak didik sebagai generasi penerus bangsa. Dibutuhkan guru yang professional, dimana ada 4 kompetensi yaitu pedagogik, koginitif, sosial,dan kepribadian.  
Tidak boleh menganggap enteng menjadi guru SD, karena disinilah tahap perkembangan anak yang perlu dibina dalam masa golden age . Bukan hanya transfer ilmu pengetahuan atau akademik saja tapi juga pembentukan moral atau karakter anak sedari dini. Dilihat dari perkembangan zaman sekarang ini, tugas seorang guru sekolah dasar akan semakin besar. Tanggung jawab dalam pembentukan kepribadian siswa di sekolah merupakan andil guru sebagai agent of change.
Tak dapat dipungkiri jika semakin berkembangnya zaman dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan sangat berpengaruh pada pola hubungan interaksi di masyarakat. Globalisasi yang terjadi menantang moral bangsa yang kian merosot. Sehingga sebagai seorang guru sekolah dasar hendaknya mempunyai bekal moral yang baik juga dalam mendidik dan membimbing peserta didik. Agar bisa menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan yang luhur ke dalam ranah siswa. Dengan itu diharapkan dapat meminimalisir tindakan-tindakan yang melanggar norma.
Bagi para peminat PGSD harus punya secara ikhlas, bukan hanya karena suatu hal yang menguntungkan saja. Hendaknya calon peserta SNMPTN memikirkan pilihan jurusan yang terbaik, sesuai bakat, minat, dan yang terpenting adalah kemampuan. Agar tak terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan di suatu hari kelak. Hanya karena salah jurusan. Dalam dunia pendidikan tak sedikit ditemukan adanya mahasiswa yang salah jurusan entah itu sejak awal masuk ataupun sudah di tengah perjalanan karir perkuliahan (sudah semester akhir) sehingga akan sangat disayangkan sekali jika menyesal di kemudian hari.
Pengetahuan tentang jurusan dan program studi hendaknya kian digencarkan untuk disosialisasikan. Sehingga diharapkan para calon mahasiswa tidak salah langkah dalam mengambil keputusan. Karena keputusan untuk mengambil jurusan di perkuliahan ialah keputusan besar untuk masa depan. Untuk menjadi seorang guru harus menjiwai secara lahir dan batin. Dan hendaknya tetap menjadi patriot bangsa, pahlawan tanpa tanda jasa.


Nurul Khikmah
Mahasiswa PGSD FIP UNY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar