Artikel
Koran “ Merapi”
Kolom
Ngudarasa
Tanggal
muat 5 Mei 2012
Oleh
Nurul Khikmah
“CALON
MAHASISWA JANGAN ASAL MASUK PGSD”
Di
tengah hiruk pikuknya UN SMA yang telah usai beberapa waktu lalu, masih ada
permasalahan yang perlu untuk di cermati dalam dunia pendidikan. Saat UN
selesai, tak begitu saja melepas beban dari pundak para siswa dan guru SMA.
Kecemasan belum berakhir, mungkin bisa dikatakan UN baru awal mula dari sebuah
perjuangan. Perjuangan untuk memperoleh perguruan tinggi nantinya. Namun, nilai
Ujian Nasional tidak berpengaruh untuk masuk PTN. Masuk PTN pada jurusan yang
diminati ialah harapan besar bagi para siswa. Jumlah peserta SNMPTN yang
semakin meningkat membuat persaingan semakin ketat.
Persaingan
pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri seringkali terjadi karena
pemilihan jurusan yang tidak tepat dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Kuota
terbatas, akan tetapi peminatnya cukup banyak. Hal inilah yang menyebabkan
membengkaknya peserta di suatu jurusan tertentu saja. Perbedaan yang cukup
signifikan terjadi pada jurusan yang isitilahnya sedang populer dan dianggap
prospeknya bagus dengan jurusan yang biasa saja. Contohnya yaitu jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Animo
peserta yang memilih jurusan PGSD 2 tahun belakangan ini meningkat drastis.
Tidak heran lagi, pasalnya banyak orang membicarakan bahwa “PGSD itu prospeknya
bagus, sudah masuk PGSD saja, besok juga akan ada pensiun masal”. Itulah
sebabnya banyak yang ingin masuk PGSD. Entah itu berlatar belakang SMA dari IPA
atau IPS, ataupun SMK. Tidak peduli benar-benar ingin jadi guru SD ataupun
tidak.
Masalah
seperti ini harus disikapi lebih bijak lagi. Walaupun persaingan untuk masuk
PGSD semakin ketat, tidak begitu saja menggugurkan semangat peminatnya. Bahkan
peminat masuk PGSD saja lebih besar dari jurusan Kedokteran yang sudah populer
dan menjadi impian banyak siswa. Kuota yang terbatas, tidak mungkin akan
tertampung semua. Dari sini akan muncul suatu permasalahan baru, yaitu peserta
yang tidak tertampung akan memilih jurusan lain pada jalur masuk yang kedua.
Tidak jarang ditemukan mahasiswa yang mengaku salah jurusan, karena hanya asal
memilih jurusan saja yang penting bisa masuk. Kemudian akan berbuntut menjadi
masalah baru lagi yaitu merasa tidak kerasan berada dalam jurusan yang tidak
diminati membuat mereka yang sudah kuliah baik di Perguruan Tinggi Negeri atau
Swasta ingin mengikuti SNMPTN tahun berikutnya. Tentu saja ini menambah jumlah
pesaing bagi lulusan baru dalam ujian masuk PTN. Rasanya tidak adil bagi
lulusan baru harus bersaing dengan mereka yang sudah kuliah di PTN, namun
inilah fenomena yang sudah biasa dan tak bisa dipungkiri, setiap orang punya
haknya masing-masing untuk mendapat pendidikan yang layak, serta sesuai minat
dan kemampuan.
Kembali
pada permasalan, selain tergiur masuk PGSD karena akan ada pensiun masal, juga
karena tergiur oleh program sertifikasi guru sehingga gaji guru naik jadi dua kali
lipatnya. Tidak mampunya perguruan tinggi negeri menampung peserta yang ingin masuk
PGSD, membuat beberapa perguruan tinggi swasta yang tadinya tidak punya jurusan
PGSD sekarang tiba-tiba bermunculan jurusan PGSD. Dalam waktu singkat, PGSD
menjadi idola. Impian para siswa.
Dulu,
incaran profesi guru tak selaris manis sekarang ini, tak hanya karena orangtua basic-nya guru atau pendidik. Namun,
banyak dari berbagi kalangan masyarakat mengidam-idamkan pendidikan guru
sekolah dasar ini. Jika dipandang dari sisi lain akan berdampak negatif dari
pekembangan yang cukup signifikan ini. Akan lain jadinya masuk karena sungguh-sungguh
berminat jadi guru SD yang punya tanggung jawab besar terhadap anak bangsa,
dengan masuk yang karena tergiur oleh iming-iming atau embel-embel sertifikasi
dan berbagai tunjangan profesi.
Menjadi
seorang guru SD membutuhkan kemampuan yang lebih. Karena menjadi guru pun tidak
semudah yang dibayangkan. Banyak tantangan masa depan yang perlu dihadapi guru
dalam menuntun anak didik sebagai generasi penerus bangsa. Dibutuhkan guru yang
professional, dimana ada 4 kompetensi yaitu pedagogik, koginitif, sosial,dan
kepribadian.
Tidak
boleh menganggap enteng menjadi guru SD, karena disinilah tahap perkembangan
anak yang perlu dibina dalam masa golden
age . Bukan hanya transfer ilmu pengetahuan atau akademik saja tapi juga
pembentukan moral atau karakter anak sedari dini. Dilihat dari perkembangan
zaman sekarang ini, tugas seorang guru sekolah dasar akan semakin besar.
Tanggung jawab dalam pembentukan kepribadian siswa di sekolah merupakan andil
guru sebagai agent of change.
Tak
dapat dipungkiri jika semakin berkembangnya zaman dan kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi akan sangat berpengaruh pada pola hubungan interaksi
di masyarakat. Globalisasi yang terjadi menantang moral bangsa yang kian
merosot. Sehingga sebagai seorang guru sekolah dasar hendaknya mempunyai bekal
moral yang baik juga dalam mendidik dan membimbing peserta didik. Agar bisa
menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan yang luhur ke dalam
ranah siswa. Dengan itu diharapkan dapat meminimalisir tindakan-tindakan yang
melanggar norma.
Bagi
para peminat PGSD harus punya secara ikhlas, bukan hanya karena suatu hal yang
menguntungkan saja. Hendaknya calon peserta SNMPTN memikirkan pilihan jurusan
yang terbaik, sesuai bakat, minat, dan yang terpenting adalah kemampuan. Agar
tak terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan di suatu hari kelak. Hanya karena
salah jurusan. Dalam dunia pendidikan tak sedikit ditemukan adanya mahasiswa
yang salah jurusan entah itu sejak awal masuk ataupun sudah di tengah
perjalanan karir perkuliahan (sudah semester akhir) sehingga akan sangat
disayangkan sekali jika menyesal di kemudian hari.
Pengetahuan
tentang jurusan dan program studi hendaknya kian digencarkan untuk
disosialisasikan. Sehingga diharapkan para calon mahasiswa tidak salah langkah
dalam mengambil keputusan. Karena keputusan untuk mengambil jurusan di
perkuliahan ialah keputusan besar untuk masa depan. Untuk menjadi seorang guru
harus menjiwai secara lahir dan batin. Dan hendaknya tetap menjadi patriot
bangsa, pahlawan tanpa tanda jasa.
Nurul Khikmah
Mahasiswa PGSD FIP UNY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar